Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa
pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit
adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat
sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak,
dan mata.
“Tidak seperti mitos yang beredar di
masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah,
seperti pada penyakit tzaraath yang digambarkan dan sering disamakan dengan
kusta.”
Kusta merupakan penyakit menahun
yang menyerang syaraf tepi, kulit dan organ tubuh manusia yang dalam jangka
panjang mengakibatkan sebagian anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Meskipun infeksius, tetapi derajat infektivitasnya
rendah. Waktu inkubasinya panjang, mungkin beberapa tahun, dan tampaknya kebanyakan
pasien mendapatkan infeksi sewaktu masa kanak-kanak.
Tanda-tanda seseorang menderita
penyakit kusta antara lain, kulit
mengalami bercak putih, merah, ada bagian tubuh tidak berkeringat, rasa
kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka, dan mati rasa karena
kerusakan syaraf tepi. Gejalanya memang tidak selalu tampak. Justru sebaiknya
waspada jika ada anggota keluarga yang menderita luka tak kunjung sembuh dalam
jangka waktu lama. Juga bila luka ditekan dengan jari tidak terasa sakit.
Kelompok yang berisiko tinggi
terkena kusta adalah yang tinggal di daerah
endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air
yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan danya penyertaan penyakit lain
seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta
dua kali lebih tinggi dari wanita.
Kusta tipe Pausi Bacillary atau disebut juga kusta kering adalah bilamana ada bercak
keputihan seperti panu dan mati rasa atau kurang merasa, permukaan bercak
kering dan kasar serta tidak berkeringat, tidak tumbuh rambut/bulu, bercak pada
kulit antara 1-5 tempat. Ada kerusakan saraf tepi pada satu tempat, hasil
pemeriksaan bakteriologis negatif (-), Tipe kusta ini tidak menular.
Sedangkan Kusta tipe Multi Bacillary atau disebut juga kusta basah adalah bilamana bercak putih
kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan, terjadi
penebalan dan pembengkakan pada bercak, bercak pada kulit lebih dari 5 tempat,
kerusakan banyak saraf tepi dan hasil pemeriksaan bakteriologi positif (+).
Tipe seperti ini sangat mudah menular.
Tanda Penyakit Kusta
Tanda-tanda penyakit kusta
bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut yaitu:
- Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia.
- Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
- Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus serta peroneus.
- Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
- Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit.
- Alis rambut rontok.
- Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa).
Gejala Umum Kusta/Lepra
Gejala-gejala umum pada kusta /
lepra, reaksi :
- Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.
- Noreksia.
- Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
- Cephalgia.
- Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.
- Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.
- Neuritis.
- Penyebab Penyakit Kusta
Penyebab kusta adalah kuman mycobacterium leprae. Dimana microbacterium
ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, dikelilingi
oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium,
berukuran panjang 1 – 8 micro, lebar 0,2 – 0,5 micro biasanya berkelompok dan
ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat tahan asam (BTA) atau
gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap
dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai
basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan
organisme patogen (misalnya Mycrobacterium tuberculosis, Mycrobakterium leprae)
yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma
infeksion. Mycobacterium leprae belum dapat dikultur pada laboratorium.
Kuman Mycobacterium Leprae menular
kepada manusia melalui kontak langsung dengan penderita dan melalui pernapasan,
kemudian kuman membelah dalam jangka 14-21 hari dengan masa inkubasi rata-rata
dua hingga lima tahun. Setelah lima tahun, tanda-tanda seseorang menderita
penyakit kusta mulai muncul antara lain, kulit mengalami bercak putih, merah,
rasa kesemutan bagian anggota tubuh hingga tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.
Cara Penularan
Meskipun cara penularannya yang
pasti belum diketahui dengan jelas, penularan di dalam rumah tangga dan
kontak/hubungan dekat dalam waktu yang lama tampaknya sangat berperan dalam
penularan kusta.
Cara-cara penularan penyakit kusta
sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar
kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada
yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
Melalui sekresi hidung, basil yang
berasal dari sekresi hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat
hidup 2–7 x 24 jam.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Timbulnya penyakit kusta bagi
seseorang tidak mudah dan tidak perlu ditakuti tergantung dari beberapa faktor
antara lain :
1. Faktor Kuman kusta
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).
2. Faktor Imunitas
Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002).
Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002).
3. Keadaan Lingkungan
Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.
Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.
4. Faktor Umur
Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.
Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.
5. Faktor Jenis Kelamin
Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.
Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.
Upaya Pencegahan Penyakit Kusta
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi
untuk penyakit kusta. Faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat
dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah.
Pengobatan kepada penderita kusta
adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta
diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7
hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin
panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya
sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang
lembab.
Penting sekali kita mengetahui atau
mengerti beberapa hal tentang penyakit kusta ini, bahwa :
- Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta.
- Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta.
- Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain.
- Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur.
Penanggulangan Penyakit Kusta
Penanggulangan penyakit kusta telah
banyak dilakukan dimana-mana dengan maksud mengembalikan penderita kusta
menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktif dan percaya diri. Metode
penanggulangan ini terdiri dari metode rehabilitasi yang terdiri dari
rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, rehabilitasi karya dan metode
pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita
dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri. Ketiga metode
tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan.
Di Indonesia, upaya yang dilakukan
untuk pemberantasan penyakit kusta melalui :
- Penemuan penderita secara dini.
- Pengobatan penderita.
- Penyuluhan kesehatan di bidang kusta.
- Peningkatan ketrampilan petugas kesehatan di bidang kusta.
- Rehabilitasi penderita kusta.
- Sementara itu di Shandong, Penyakit kusta atau lepra bisa jadi merupakan salah satu penyakit yang ditakuti karena bisa membuat orang tersebut menjadi terkucilkan.
- Faktor gen kini bisa memberikan penjelasan mengapa ada orang yang lebih rentan terkena kusta sedangkan yang lain tidak.
Studi yang dilakukan di China dan
telah dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine menemukan tujuh
mutasi gen yang bisa meningkatkan kerentanan seseorang terkena kusta. Hal ini
bertentangan dengan apa yang selama ini dipercaya oleh para ahli bahwa kusta
bukanlah penyakit yang diwariskan atau turunan.
“Selama ini orang mengira penyebaran
penyakit kusta karena faktor penularannya, tapi studi kami membuktikan bahwa
hal tersebut dipengaruhi oleh faktor genetika. Jika orangtuanya memiliki
penyakit kusta, maka sangat mungkin si anak juga kena,” ujar peneliti Zhang
Furen dari Institute of Dermatology and Venereology, Provinsi Shandong di timur
laut China, seperti diberitakan dari Reuters.
Selain itu didapatkan pula dalam
satu pasangan yang seseorang menderita kusta tetapi pasangannya tidak
terinfeksi meskipun sudah hidup bersama puluhan tahun. Ini membuktikan bahwa
kusta bukanlah penyakit yang menular, tapi berhubungan dengan sesuatu yang
diwariskan.
“Apa yang kami temukan adalah adanya
alasan internal. Kami menemukan tujuh gen yang membuat seseorang rentan terhadap
penyakit kusta, karenanya banyak hal yang harus dilakukan dengan genetika ini,”
ungkap Zhang.
Peneliti menganalisis gen dari 706
penderita kusta dan 1.225 orang yang tidak mengidap kusta. Didapatkan tujuh
versi mutasi gen yang muncul pada orang-orang penderita kusta. Lima diantara
gen tersebut terlibat dalam pengaturan sistem kekebalan tubuh.
Zhang menuturkan penyakit kusta
memiliki masa inkubasi yang panjang yaitu antara 8 hingga 10 tahun, setelah
terjadi gejala di permukaan maka penyakit ini akan menyebabkan kerusakan
permanen. Nantinya jika seseorang sudah diketahui memiliki kerentanan terhadap
penyakit kusta, maka bisa segera dilakukan tindakan pencegahan.
Kusta atau biasa disebut dengan
penyakit Hansen disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini bisa
memberikan efek pada kulit, selaput lendir, saraf perifer dan mata.
Efek yang diakibatkan menimbulkan
kerusakan saraf permanen, jadi bagi orang yang sudah sembuh nantinya tidak bisa
merasakan sakit. Sedangkan luka yang kecil atau lecet pada jari tangan dan kaki
bisa berubah menjadi radang yang parah dan membuat kondisi hidup tidak sehat.
Meskipun kusta sudah tidak menjadi
masalah yang serius di beberapa negara maju, tapi penemuan ini sangat penting
bagi negara berkembang. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun
2007 ada sekitar 254.525 kasus kusta baru di daerah tropis dan sub tropis,
sedangkan di China sendiri tiap tahunnya ada 2.000 kasus baru.
Jenis Cacat Kusta
Kelompok pada cacat primer, ialah
kelompok cacat yang disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama
kerusakan akibat respons jaringan terhadap kuman Kusta.
Kelompok cacat sekunder, cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akibat adanya kerusakan saraf (sensorik, motorik, otonom). Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan gangguan mengenggam atau berjalan, juga memudahkan terjadinya luka. Kelumpuhan saraf otonom menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang. Akibatnya kulit mudah retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder.
Kelompok cacat sekunder, cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akibat adanya kerusakan saraf (sensorik, motorik, otonom). Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan gangguan mengenggam atau berjalan, juga memudahkan terjadinya luka. Kelumpuhan saraf otonom menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang. Akibatnya kulit mudah retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telahmemberikan waktu dan komentarnya